Tulisan ini telah dimuat di surat kabar
harian Banjarmasin Post edisi Sabtu, 10 Oktober 2015. Pemikiran saya
sebagai harapan dari pembuatan Patung Bekantan yang sekarang menjadi
ikon Kota Banjarmasin.
Bekantan
kini menjadi perbincangan hangat di Kalimantan Selatan. Ada apa
gerangan ketika masyarakat Kalimantan Selatan sekarang
berbondong-bondong untuk berfoto dengan monyet yang memiliki ciri khas
berhidung besar ini. Padahal sebelumnya, masyarakat mengalami kesulitan
untuk melihat secara langsung perwujudan monyet jenis ini.
Secara fisik, Bekantan merupakan monyet
yang memiliki rambut berwarna cokelat kemerahan dan memiliki hidung yang
panjang dan besar yang terdapat hanya pada spesies jantan. Fungsi dari
hidung besar bekantan masih menjadi misteri, tapi diduga karena hasil
dari seleksi alam, yang mana monyet betina lebih memilih jantan yang
memiliki hidung yang besar sebagai pasangannya. Karena hidung besar
inilah bekantan dijuluki masyarakat Kalimantan Selatan sebagai ‘Monyet
Belanda’.
Memiliki nama ilmiah Nasalis larvtus,
bekantan memiliki ukuran tubuh sampai 75 cm dengan berat mencapai 24
kg. Monyet ini juga memiliki ciri khas yaitu memiliki perut besar dan
buncit. Hal ini karena kebiasaan bekantan yang mengonsumsi banyak
makanan. Selain buah dan biji-bijian, bekantan gemar mengonsumsi aneka
daun-daunan yang menghasilkan gas pada waktu dicerna. Inilah yang
menyebabkan perut bekantan membuncit.
Merupakan hewan endemik di Pulau
Kalimantan dengan sebaran di wilayah hutan bakau, rawa dan hutan pantai.
Spesies ini menghabiskan banyak waktunya di atas pohon dan hidup dengan
berkelompok antara 10 hingga 32 monyet dalam suatu tempat. Sistem
sosial bekantan pada dasarnya adalah one-male group, dimana
satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa orang betina
beserta anak-anaknya. Akan tetapi ketika menganjak remaja bekantan akan
membentuk kelompok dengan semua jenis jantan berada di dalamnya (all-male group).
Salah satu keistimewaan bekantan adalah
kemampuannya dalam berenang, untuk menunjang hal ini pada sela-sela jari
bekantan terdapat selaput dan pada hidungnya dilengkapi semacam katup.
Secara resmi bekantan menjadi maskot
Provinsi Kalimantn Selatan. Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29 Tahun 1990 tanggal 16
Januari 1990 tentang Penetapan Identitas Daerah Propinsi Tingkat I
Kalimantan Selatan, bekantan (Nasalis larvatus) adalah fauna identitas
Provinsi Kalimantan Selatan.
Dan sekarang ini patung bekantan hadir
secara utuh di tengah-tengah Kota Banjarmasin, tepatnya di siring Jalan
Piere Tendean dengan wujud raksasa. Sesosok bekantan jantan setinggi 6,5
meter dengan berat hampir tujuh ton dan dengan biaya pembuatannya
mencapai 2,6 miliar. Perwujudan bekantan dengan tangan kanan menggaruk
kepala dan tangan kiri menggenggam buah rambai, berhasil menarik
perhatian Masyarakat Banjar untuk berkumpul dan melihat.
Walaupun dalam hal ini, patung bekantan
memiliki keunikan yang berbeda dari kenyataan aslinya. Perwujudan patung
bekantan yang menyerupai seperti aslinya menjadikan patung ini sebagai
karya seni realisme. Akan tetapi pandangan ini berubah ketika patung ini
memiliki kemampuan untuk mengeluarkan air mancur dari mulutnya.
Menurut pandangan penulis, patung
bekantan ini akhirnya menjadi beraliran surealisme yang mana aliran seni
ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan
bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (dalam kontrol
kesadaran/ingatan) dan bawah sadar (tidak dalam kontrol
kesadaran/terlupakan). Dalam karyanya aliran ini berpedoman pada
keterpaduan antara alam nyata dan keserbabisaan mimpi.
Sehingga menghasilkan karya yang terkesan aneh atau fantastik.
Tak menjadi masalah akan kemampuan aneh
patung bekantan ini. Bukankah dalam karya seni kita semua tak hanya
menggunakan pikiran logis dalam menikmatinya. Bisa saja akhirnya karya
seni berasal dari bentuk abstrak ataupun menghasilkan bentuk yang aneh.
Mengambil contoh patung merlion di
Singapura dengan perwujudan berkepala singa dengan badan ikan dan
sama-sama memiliki kemampuan mengeluarkan air mancur. Patung ini menjadi
ikon negara dan menjadi objek wisata yang wajib untuk dikunjungi ketika
berada di negara ini. Merlion juga menjadi merek dagang resmi negara
ini dengan banyaknya sovenir maupun cinderamata yang dibuat dengan
bentuk patung singa berbadan ikan ini.
Tentunya harapan yang sama diinginkan
oleh pemerintah kota Banjarmasin serta seniman yang membuatnya.
Menjadikan patung ini ikon Kota Banjarmasin sehingga mampu meningkatkan
angka kunjungan wisata untuk datang ke Banjarmasin dan Kalimantan
Selatan pada umumnya.
Dengan ini pula, dapat kiranya
menginspirasi para pengusaha kecil menjadi peluang bisnis untuk membuat
sovenir dengan maskot ini sebagai cinderamata khas daerah ini. Di
samping dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sovenir yang dijual,
dapat pula menjadi sarana promosi tidak langsung ketika wisatawan
memberikannya kepada teman dan sanak kerabatnya.
Selanjutnya, pendirian patung bekantan
ini akhirnya menambah ruang terbuka publik yang selama ini dirasa
kurang. Dengan hadirnya banyak ruang terbuka publik diharapakan dapat
meningkatkan indeks kebahagiaan warga kota. Ketika sore hari atau waktu
senggang tiba warga kota tidak melulu dihadapkan pilihan pusat
perbelanjaan untuk berkumpul dan refreshing.
Dan satu hal yang mungkin terlupakan,
dengan pembuatan patung bekantan ini sebenarnya menjadi momentum untuk
melestarikan bekantan yang sekarang akan punah. Tentunya dengan ini kita
akan menjadi perduli akan nasib kehidupan ikon kota yang kita
banggakan. Tak ingin lagi kiranya kita semua mendengar berita tentang
bekantan tewas akibat kebakaran lahan yang tempo lalu terjadi atau
terdesaknya habitat bekantan akibat alih fungsi hutan yang tidak bijak.
Hadirnya patung bekantan di pusat Kota
Banjarmasin diharapkan menjadi pengingat kita bersama bahwasanya
bekantan dan hewan-hewan endemik lainnya di hutan kalimantan sedang
berupaya mempertahankan hidup akibat habitatnya yang semakin berkurang.
Tentunya kita bersama tidak ingin, bekantan hanya menjadi maskot kota
sedangkan pada kenyataannya hewan ini sudah tidak ditemukan lagi di
daerah kita.