Monday, 23 February 2015

WISATA ALAM DI MARTAPURA YANG SANGAT INDAH


WISATA ALAM 
Kawasan Hutan di Mandiangin
Kawasan ini terletak didaerah Mandiangin merupakan suatu komplek bangunan yaitu kantor pusat pengelola, kantor pusat informasi sumber daya alam, plaza dan bumi perkemahan. Di areal ini terdapat prasasti peresmian berdirinya TAHURA Sultan Adam dan Puncak Penghijauan Nasional (PPN) ke 29 yang ditandatangani oleh Presiden RI Bapak Soeharto.

Di lokasi ini pula pusat pengelolaan hutan pendidikan Fakultas Kehutanan UNLAM. Pada pengembangan selanjutnya kawasan ini dikembangkan menjadi arboretum, penangkaran satwa, taman safari, kolam renang, taman burung, bumi perkemahan dilengkapi dengan souvenir shop dan lain-lain. 
Pulau Pinus

Taman Hutan Pinus letaknya sekitar sekitar 35 km dari Kota Banjarmasin. Rekreasi di bawah Hutan Pinus yang rindang, sehingga sangat baik duduk di bawah pohon sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan. Taman Hutan Pinus merupakan penghijauan kota dan kebun pembinaan. Taman Hutan Raya Sultan Adam terletak di Desa Mandiangin Kecamatan Karang Intan, sekitar 55 km dari Kota Banjarmasin yang mempunyai luas 106.400 ha. 
Selain itu terdapat dua peninggalan jaman Belanda yang terletak 2 km dari Tahura. Di sana ada Gajah Kampung, Rusa dan Buaya yang dilindungi. Pengunjung datang setiap hari libur untuk menikmati alam yang indah dan sejuk, juga sebagai tempat penelitian dan perkemahan bagi pelajar dan mahasiswa.

Pulau Pinus yang terletak di tengah danau merupakan tempat-tempat ideal untuk berekreasi keluarga sambil menikmati kedamaian alam. Air danau yang jernih dan tenang sangatlah ideal pula untuk bertamasya air, berenang, maupun memancing. 



Pulau Bukit Batas

Pulau seluas lebih kurang 1 Ha ini berdekatan letaknya dengan pulau pinus, dapat ditempuh lebih kurang 30 menit dari pelabuhan Tiwingan. Seperti halnya dengan pulau pinus, kawasan ini cocok untuk rekreasi santai dan olahraga air.
Bumi Perkemahan Awang Bangkal

Bumi perkemahan ini seluas lebih kurang 6 Ha terletak didaerah Awang Bangkal. Tidak jauh dari jalan raya Banjarbaru – Pelabuhan Tiwingan, berada didekat sungai Tambang Baru, sehingga mudah mendapatkan air. Bentang alam dari bukit disekelilingnya serta tepian sungai Tambang Baru merupakan daya tarik tersendiri. 
Riam Tambela/Sungai Kembang

Riam Tambela/Sungai Kembang terletak 64 km dari Banjarmasin Ibukota Kalimantan Selatan tepatnya di Desa Tambela Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar (19 km dari Kota Banjarbaru). Ternyata Tambela lumayan indah pemandangannya, banyak pohon pinus berjejer indah membentuk barisan teratur. Di sini Anda akan disajikan panorama alam yang sangat indah sekali diselingi oleh gemuruh arus yang deras melewati bebatuan.
Selain sebagai tempat rekreasi, Tambela juga merupakan tempat pengembangan budi daya ikan sungai seperti ikan Nila dan ikan Mas yang terletak di belakang riam tambela ini. 
Danau Riam Kanan / Waduk PLTA Ir. P.M. Noor

Danau Riam Kanan merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Sultan Adam yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio. Berjarak sekitar 65 km dari Kota Banjarmasin. Berupa Danau / Waduk seluas lebih kurang 8.000 Ha dengan fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air satu-satunya di Propinsi Kalimantan Selatan.

Berperan penting sebagai pengatur tata air, mencegah erosi dan banjir, sebagai objek wisata alam, danau/waduk ini memiliki bentang alam yang menarik dengan panorama danau, lembah dan bukit disekelilingnya serta untuk kegiatan olahraga air.Pegunungan Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau Riam Kanan. 
Air Terjun Bagugur

Air terjun ini terletak di hulu sungai Tabatan. Dari desa Kalaan dapat ditempuh lebih kurang 1 – 2 jam melalui jalan reboisasi dan areal bekas perladangan berpindah.



Air Terjun Surian

Air terjun ini terdiri dari air terjun Surian, air terjun Batu Kumbang, dan air terjun Mandin Sawa yang sangat menunjang kegiatan Bina Cinta Alam. Dari sungai Hanaru dapat dicapai lebih kurang 2 jam dengan menelusuri sungai Hanaru atau lebih kurang 3 jam melalui jalan patroli yang sudah ada.
                                 
Lembah Kahung
Untuk menuju ke Lembah Kahung, ditempuh delapan jam dari ibukota Kabupaten Banjar, Martapura. Jarak Martapura dengan Banjarmasin ibukota Propinsi Kalsel, 40 KM waktu tempuh naik mobil sekitar satu jam, berarti dari Banjarmasin ke lokasi objek wisata petulangan itu sekitar sembilan jam.
Untuk menuju ke sini, di perjalanan dengan kelotok (perahu bermotor) selama 1,5 jam anda sudah disuguhi beningnya Bendungan Riam Kanan yang di kanan-kirinya dipagari gunung-gunung (rentetan Pegunungan Meratus) yang menjulang biru maupun pulau-pulau kecil nan bertebaran di sana-sini. 
Lembah Kahung yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus Kalsel selama ini masih mengandung segudang misteri, lantaran jarang dijangkau manusia. Hutan alam tropisnya yang masih perawan de-ngan air terjunnya tujuh tingkat dan lebar sekitar 8 meter plus udaranya yang sangat sejuk, amat menggoda siapa saja yang haus akan sensasi menikmati alam terbuka.

Bahkan warga sekitar itupun enggan berkunjung ke kawasan hutan lebat ini lantaran adanya anggapan setiap hutan lebat mengandung nilai-nilai mistik. Tetapi yang membuat kawasan itu jarang terjamah adalah keberadaan hewan liar yang disebut kalimatak atau pacat (lintah darat) yang siap menghisap darah manusia yang berani menjajakan kaki ke kawasan itu.

Belum lagi sering dijumpainya tumbuhan beracun yang disebut “jelatang” yang siap membuat kulit manusia kesakitan dan kegatalan. Atau sakitnya tusukan onak dan duri dari berbagai tanaman berduri dan rotan yang puluhan spicies hidup di kawasan itu. Suara gemercik air sungai yang jernih di hamparan dedaunan hijau hutan hujan tropis, Lembah Kahung Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi daya pikat orang mendatangi kawasan itu.

apalagi kawasan ini dinilai masih tersimpan “sejuta” pesona flora dan fauna yang menandakan kawasan alam ini masih perawan atau belum terjamah banyak tangan jahil manusia. Begitu sampai di Balangian (kampung paling hulu di Riam Kanan) anda sudah disambut dengan sebuah kampung yang penduduknya ramah-ramah, nuansa kesahajaanya amat kentara dan ketulusannya yang nyata. Setelah melapor ke aparat desa, anda tinggal meminta jasa guide dari penduduk lokal (Pak Udin, dll) untuk menuju ke lokasi sekaligus mem-bawakan barang bawaan anda.

Dan, dari sini petualangan dengan menjelajahi alam terbuka baru dimulai. Dari Balangian menuju air terjun Kahung, anda akan menemui tiga shelter atau persinggahan. Ada tiga selter tersedia di sana, jarak tiap satu selter minimal satu jam perjalanan. Sarana transportasi lembah Kahung selain rakit bambu juga ada kerbau yang bisa ditunggang untuk menyebarangi sungai guna menjelajah kawasan itu.

Selter I sudah tampak dan dalam perjalanan rombongan harus melewati medan yang begitu menantang nyali seperti menghadapi arus sungai yang begitu deras serta batu-batuan alam pegungungan yang sangat licin. Sepanjang jalan terlihat satu dua penduduk di sepanjang jalan menuju kawasan tersebut yang mencari nafkah dengan mencari ikan dan berburu hewan di sekitar pemukiman mereka. 
Satu jam sudah berlalu, Nyanyian Orang Hutan, kepak sayap Burung Bainah (species Burung Enggang, Red) menjadi musik merdu yang tak terkira. sementara mata kita disuguhkan oleh hamparan sabana rindangnya hutan tropis dan suara derasnya air sungai besar menemani iring-iringan panjang para pejalan kaki.

Selter II sudah didepan mata, dan kini perjalanan semakin menantang nyali, medan pun berganti, dari hamparan padang ilalang berganti memasuki kawasan hutan nan lebat, pepohonan dengan diameter yang begitu besar, bau harum khas tanah dan nyanyian suara alam saling bersahutan untuk mengiringi dan menghiasi langkah kaki anggota yang semakin penat. Perjalanan juga diiringi dengan “ancaman” dari hewan-hewan khas hutan seperti pacat dan salembada, yang menyapa dan bercengkrama dengan sehingga membuat perjalanan semakin was-was tapi menyenangkan.

Tepat pukul 12.15 Wita rombongan tiba di Selter III, di kawasan ini lah yang paling tepat untuk beristirahat untuk melepas kepenatan badan karena ditempat ini bertemunya dua buah sungai dengan kecuraman yang lumayan tinggi. Walaupun lokasi ini tentu saja tidak setinggi Madin Kahung namun panorama yang disajikan sangat indah dan mempesona, akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan sampai menemui Selter IV.

Setelah melewati Selter IV menuju Madin Kahung medannya lumayan berat dibandingkan dengan medan sebelumnya. Panorama hutan semakin cantik oleh curahan air hujan yang membasahi seluruh pohon, tanaman dan jalan setapak yang tersedia.
Menyentuh dan melihat dahan pepohonan di puncaknya dapat memberikan kepuasan tersendiri pada para anggota rombongan karena kesempatan seperti ini masih sangat langka Lumut-lumut di batang pohon akan tumbuh di sisi yang menghadap timur karena lumut memerlukan sinar matahari.Pengetahuan sederhana seperti ini dapat menolong seseorang yang tersesat dan ingin mencari arah mata angin. Anggota rombongan harus tertib dan hati-hati pada saat menyusuri jalan dan tidak diperkenankan keluar jalur demi keamanan diri.

Kelebihan Lembah Kahung adalah sebagai objek petualangan yang belakangan kian diminati wisman, apalagi di sana terdapat ratusan dan mungkin ribuan spicies flora dan fauna hutan hujan tropis atau hutan tropis basah.
Berdasarkan catatan flora dan fauna yang terdapat di kawasan itu antara lain meranti (Shorea spp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), kahingai (Santiria tomentosa), damar (Dipterocarpus spp.), pampahi (Ilexsimosa spp.), dan kuminjah laki (Memecylon leavigatum). Kemudian ada pohon keruing (Dipterocarpus grandiflorus), mawai (Caethocarpus grandiflorus), jambukan (Mesia sp.), kasai (Arthocarpus kemando), dan lain-lain.

Sementara spicies faunanya antara lain bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates muelleri), lutung merah (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang merah (Muntiacus muntjak), kijang mas (Muntiacus atherodes), pelanduk (Tragulus javanicus), dan landak (Hystrix brachyura).

Kemudian juga ada satwa musang air (Cynogale benetti), macan dahan (Neofelis nebulosa), kuau/harui (Argusianus argus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang (Berenicornis comatus), elang hitam (Ictinaetus malayensis), elang bondol (Haliastur indus), raja udang sungai (Alcedo atthis), raja udang hutan (Halycon chloris), dan lain-lain.
Mengingat Lembah Kahung bagian pula dari kawasan Pegunungan Meratus di Kalsel, maka diperkirakan pula menyimpan pesona anggrek hutan Kalimantan.
Kawasan anggrek yang cukup di kenal di Kalsel adalah hutan Pegunungan Meratus wilayah yang membujur dari selatan ke utara meliputi Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Tabalong, Balangan dan Hulu Sungai Tengah (HST).

Bukan saja terdapat dua jenis anggrek yang dikenal luas hidup di daratan Kalimantan yakni anggrek hitam (Coelogyne pandurata) dan anggrek tebu (Grammatophyllum Speciosum), tetapi beberapa jenis anggrek lainnya.
Beberapa jenis anggrek yang dikenal tumbuh di kawasan hutan Kalsel seperti jenis Phalaenopsis bellina, Arachis breviscava, Paraphalaenopsis serpentilingua, Macodes petola,jewel orchids, Tainia pausipolia, anggrek tanah, Phalaenopsis cornucervi, Coelogyne asperata -Bulbophyllum beccari.

Anggrek pandan Cymbidium finlaysonianum, Dorrotis pulcherrima, Chairani punya Plocoglotis lowii, Tainia pauspolia, Destario Metusala, Ceologyne espezata, Paphiopedilum lowii dan Paphiopedilum supardii (anggrek nanas) diperkirakan menghiasi kawasan ini. Yang pasti di kawasan ini terdapat sejenis anggrek bulan khas setempat, yakni anggrek bulan peleihari yang konon hanya hidup di kawasan hutan Kabupaten Banjar dan Peleihari Kabupaten Tanah Laut.

No comments: